spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rudy-Seno Berpeluang Menang, Brand Politika: Jangan Ajak Pemilih Tak Percaya Lembaga Survei

JAKARTA – Direktur Eksekutif Brand Politika, Eko Satiya Hushada, menyatakan keberatan atas komentar pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul), Budiman, yang mengajak masyarakat untuk tidak percaya pada hasil survei opini publik yang dirilis lembaga survei selama musim Pilkada 2024 ini. Pernyataan Budiman dinilai Eko sebagai tindakan yang menyesatkan pemilih dan merusak reputasi lembaga survei.

“Jangan ajak masyarakat untuk tidak percaya pada hasil survei! Ini namanya pembodohan. Justru masyarakat harus diajak memahami apa itu survei opini publik. Bagaimana mekanismenya jika masyarakat merasa keberatan dengan hasil survei dari suatu lembaga? Semua itu sudah diatur,” ujar Eko, menanggapi komentar Budiman yang dimuat di sebuah media online.

Budiman menanggapi sejumlah hasil survei terkait elektabilitas pasangan calon peserta Pilkada Kaltim 2024, yakni pasangan Rudy Mas’ud – Seno Aji dan pasangan Isran Noor – Hadi Mulyadi. Budiman merasa janggal dengan hasil survei yang dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu berbeda, yang menempatkan pasangan Rudy-Seno dengan elektabilitas tertinggi, mengungguli pasangan Isran-Hadi, mantan gubernur dan wakil gubernur Kaltim.

Baca Juga:   Pemprov Tawarkan Panti Asuhan untuk Anak Jalanan di Kaltim

Menurut Eko, Budiman seharusnya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana membaca hasil survei yang dilakukan pada waktu berbeda. “Jangan samakan survei bulan Juli 2024 dengan survei bulan September 2024. Di bulan Juli belum ada pasangan calon, sementara pada Agustus 2024 sudah ada pasangan calon. Pertanyaan dalam kuesioner tentu berbeda. Ini yang harus dijelaskan kepada publik, bukan malah mengajak untuk tidak percaya pada hasil survei,” tegas Eko.

Eko menjelaskan, jika belum ada pasangan calon, pertanyaan kepada responden dibuat dalam beberapa simulasi. Misalnya, Rudy Mas’ud dipasangkan dengan beberapa tokoh, kemudian di pertanyaan lain dipasangkan dengan tokoh yang berbeda. Begitu juga elektabilitas perorangan tidak bisa dibandingkan dengan elektabilitas saat sudah ada pasangan resmi.

“Ketika pasangan calon sudah terbentuk dan telah mendaftar, hasil survei pasti berbeda dengan saat belum ada pasangan calon,” jelas Eko.

Lebih lanjut, Eko menambahkan bahwa untuk Pilkada Kaltim, pasangan Isran-Hadi sudah lama diketahui akan berpasangan kembali, sementara pasangan Rudy-Seno baru diketahui belakangan. Ketika survei terbaru menunjukkan lonjakan elektabilitas Rudy-Seno setelah mereka dipasangkan, menurut Eko, hal itu adalah wajar.

“Pemilih melihat kepastian pasangan Rudy-Seno. Mereka merasa cocok dengan pasangan ini. Ketika dibandingkan dengan Isran-Hadi, mereka lebih memilih Rudy-Seno. Maka wajar jika elektabilitas Rudy-Seno melampaui Isran-Hadi. Apalagi mereka gencar bersosialisasi. Semakin dikenal, semakin disukai dan dipilih,” tambah Eko.

Baca Juga:   Legislator Terpilih Harus Mundur Untuk Maju Pilkada, Mahyudin: Memang Aturannya Begitu

Brand Politika, lembaga survei dan konsultan politik asal Jakarta, pernah melakukan survei di Kaltim pada Mei 2024. Saat itu, Rudy Mas’ud belum memiliki pasangan, sehingga elektabilitasnya lebih rendah dibandingkan setelah berpasangan dengan Seno Aji. “Kenaikan elektabilitas itu wajar dan normal. Jangan dianggap sebagai upaya pembentukan opini dan ajak masyarakat untuk tidak percaya pada hasil survei. Sebagai pelaku survei dan pemilik perusahaan survei, saya keberatan. Ini kerja ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan,” tegas Eko.

Eko juga menjelaskan bahwa lembaga survei memiliki organisasi profesi, salah satunya adalah Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) yang berkantor di Jakarta. Tujuan organisasi yang diketuai oleh Philips J. Vermonte ini adalah membantu membentuk pandangan yang akurat terhadap opini masyarakat Indonesia, dengan integritas, kualitas, dan profesionalisme sebagai prioritas utama.

Anggota Persepi yang melanggar aturan atau merekayasa hasil survei bisa ditindak oleh organisasi. “Jika masyarakat merasa ada hasil survei yang aneh dan dicurigai sebagai rekayasa untuk membentuk opini publik, adukan ke Persepi. Ada dewan etik yang akan memproses laporan tersebut. Jangan ajak masyarakat untuk tidak percaya pada hasil survei. Ada mekanismenya, ikuti mekanismenya,” jelas Eko.

Baca Juga:   Survei Tinggi Andi Harun, Wawali Samarinda: Wali Kota dan Wakil Tidak Bisa Dipisahkan

Mengenai peluang kemenangan pasangan Rudy-Seno, menurut Eko, ini juga berkaitan dengan cara membaca temuan survei. Dalam berbagai survei, elektabilitas pasangan Rudy-Seno terus meningkat, menunjukkan peluang besar bagi mereka untuk memenangkan Pilkada Kaltim 2024.

Selain itu, terkait pertanyaan “Apakah Bapak/Ibu menginginkan Isran Noor – Hadi Mulyadi kembali menjadi gubernur?”, jawaban “tidak menginginkan” cukup signifikan. “Ini seharusnya tidak terjadi pada petahana. Pemilih biasanya memiliki keinginan besar agar petahana kembali memimpin. Begitu juga elektabilitas petahana seharusnya di atas 50%. Something wrong (ada yang salah) jika petahana di bawah itu,” tutup Eko. (rls)

Editor: Agus Susanto

BERITA POPULER