Foto: Pengusaha Madu Istana Lebah Balikpapan, Abdurrahman. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Produk madu asli Kalimantan Timur turut meramaikan gelaran Kaltim Expo 2025 di Convention Hall GOR Kadrie Oening, Sempaja, Samarinda. Salah satu yang mencuri perhatian pengunjung adalah stan Istana Lebah Balikpapan milik Abdurrahman Mochtar, yang sudah menekuni dunia perlebahan lebih dari 20 tahun.
Abdurrahman memperkenalkan beragam jenis madu yang diproduksinya, mulai dari lebah hutan Apis dorsata, lebah ternak Apis mellifera, hingga lebah kecil Trigona. Khusus madu hutan, proses panennya dilakukan secara tradisional dengan memanjat pohon setinggi 60–70 meter di kawasan hutan Batu Dinding, Hutan Lindung Sungai Wain, dan Kendang Ipil.
“Kalau Apis dorsata itu di hutan, kita manjat pohon tinggi untuk ambil madunya. Sedangkan Apis mellifera lebih ke budidaya, satu kotak bisa menghasilkan sekitar 8 kilo madu,” jelasnya.
Perjalanan Abdurrahman menekuni usaha madu dimulai sejak 1998. Saat itu ia mendapat kesempatan mengikuti berbagai pelatihan perlebahan yang difasilitasi Pemerintah Kota Balikpapan. Ia pernah belajar di Pusat Perlebahan Pramuka Jawa Tengah, kemudian memperdalam budidaya Trigona di Makassar dan Malang.
Selain madu, usaha yang digelutinya juga memproduksi lilin lebah yang dapat diolah menjadi bahan kosmetik hingga perlengkapan membatik. Produk turunan ini bahkan telah dipasarkan ke daerah sentra batik di Pekalongan, serta menembus pasar Malaysia dan Singapura.
Dari sisi produksi, kapasitas madu yang dihasilkan cukup besar. Di Penajam Paser Utara saja, ia mengelola ratusan kotak Apis mellifera dan Apis dorsata. Dengan potensi tersebut, ia menyebut hasil panennya bisa mencapai berton-ton setiap tahun.
“Kalau Apis mellifera per kotak rata-rata 8 kilo. Sedangkan lebah hutan Apis dorsata bisa menghasilkan hingga 30 kilo madu per sarang per tahun,” bebernya.
Harga madu yang ditawarkan bervariasi, mulai dari botol kecil 50 ml seharga Rp15 ribu, hingga kemasan kiloan Rp200 ribu. Berkat pemasaran yang terus diperluas, omzet penjualannya kini mampu menembus puluhan juta rupiah per bulan.
“Dulu penjualan paling Rp3 juta per bulan. Sekarang bisa sampai Rp60 juta. Bahkan saat pandemi Covid-19 sempat tembus Rp200 juta, dan waktu expo di Pajajaran pernah sampai Rp700 juta,” ungkapnya.
Saat ini produk Istana Lebah Balikpapan dapat diperoleh secara langsung di Balikpapan maupun Samarinda, serta melalui berbagai platform marketplace dengan nama toko yang sama.
“Alhamdulillah sekarang bisa melayani pembeli dari mana saja, baik offline maupun online,” pungkas Abdurrahman.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky