Foto: Medik Veteriner DPKH Provinsi Kaltim, Bambang Muriadi. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Jika mendengar kata rabies, maka terbesit makna penyakit yang ganas dan mematikan. Di Indonesia sendiri, rabies lebih dikenal dengan sebutan “penyakit anjing gila” yang berawal dari air liur, cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies terhadap manusia, sehingga penyakit ini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan, pasalnya, jika tidak ditangani dengan cepat, seorang yang sudah terinfeksi rabies dapat kehilangan nyawa. Virus rabies menyerang sistem saraf dan otak, begitu gejalanya muncul, dapat dipastikan virus tersebut sudah menjalar ke bagian tubuh yang membuat kondisi penderita memburuk dengan cepat.
Hingga saat ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kaltim masih belum menemukan adanya kasus gigit rabies kepada masyarakat, khususnya mereka yang rentan terdampak.
Medik Veteriner DPKH Provinsi Kaltim, Bambang Muriadi, menyampaikan secara rutin pihaknya selalu membeli sampel kepala anjing, yang kemudian saat diteliti memang sempat ada ditemukan indikasi rabies.
“Indikasi (terlularnya) rabies ini tentu ada gigitan, cakaran, dan beberapa hal lainnya yang kemudian mengubah perilaku hewan yang terjangkit rabies ini,” ujar Bambang, Selasa (22/4/2025).
Bambang menjelaskan, untuk saat ini, pihaknya tidak menumakan kasus atau laporan gigitan hewan rabies di Kaltim masih. Tidak seperti di Bali yang sebelumnya sempat ada kasus gigitan, kemudian di periksa ternyata positif rabies.
“Sementara untuk Kaltim sejauh ini masih nihil, sebab jika ditemukan kasus gigitan tersebut maka akan segera sterilisasi semua,” ucapnya.
Walaupun belum ditemukan kasus tersebut, Bambang menekankan masyarakat untuk tetap waspada dalam berinteraksi dengan hewan. Ia menyarankan, bagi yang hendak memelihara hewan agar dapat melakukan vaksinasi terlebih dahulu.
“Kami tetap mengimbau dan mengingatkan masyarakat agar terus menjaga diri dengan tidak melakukan kontak terhadap hewan, terutama anjing dan kucing liar,” tuturnya.
Selain itu, Bambang memberikan conto kawasan sebenarnya kerap menjadi daerah yang ditinggali hewan, seperti anjing dan kucing, yakni kawasan pergudangan. Menurutnya, lokasi tersebut mempunyai potensi tinggi lantaran kurangnya pengawasan, sehingga ditempat itu, mereka sampai beranak pinak.
“Tetapi sejauh ini untuk kasus gigitan hewan rabies belum ditemukan, tetapi untuk hewan yang tertular sendiri pasti ada dan cenderung terkendali,” katanya.
Sebagai upaya untuk tetap menjaga Provinsi Kaltim bebas kasus rabies, DPKH Kaltim secara rutin menggelar vaksinasi hewan. Dengan tujuan, agar pencegahan dapat dilakukan, mengingat betapa susahnya penyakit rabies diberantas jika seseorang telah terinfeksi.
“Walaupun saat ini kita masih terkendala pada stok vaksin yang kurang. Kita masih berupaya untuk tetap mempertahankan Kaltim bebas rabier. Selain itu juga, seharusnya yang fokus diperiksa rabies ini tidak hanya pada anjing saja, tetapi kucing yang kerap dipelihara juga seharusnya diperiksa,” tutupnya.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky