SAMARINDA – Kasus stunting di Samarinda masih menjadi persoalan serius lantaran lebih dari 80% orang tua, belum membawa balitanya untuk diperiksa di posyandu.
Padahal persoalan stunting tak bisa dianggap remeh karena
dapat mengakibatkan gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis.
Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti memaparkan, dari data Dinas Kesehatan Samarinda ada sekitar 84,6 persen masyarakat di Kota Tepian yang belum membawa balitanya untuk mengukur tinggi dan berat badan di posyandu.
“Angka stunting masih belum menemui angka yang riil karena masih banyak balita yang tidak melakukan pengukuran berat dan tinggi badan di posyandu,” ucap Sri saat dikonfirmasi, Kamis (6/10/2022).
Menurut Sri, harus ada sosialisasi secara menyeluruh di tingkat RT hingga kecamatan, guna mendorong masyarakat rutin melakukan pemeriksaan balitanya di posyandu. Agar cakupan data tumbuh kembang anak bisa diketahui.
“Menurunkan angka stunting di Samarinda perlu kerja sama dari RT, lurah dan camat. Mereka harus mendorong dan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan di posyandu,” ungkapnya.
“Harapan kita angka stunting itu rendah sesuai dengan arahan Presiden, kita bisa di angka 14 persen walaupun WHO bilang angka stunting di bawah 20 persen tapi kita inginnya di bawah 14 persen atau 12 persen,” sambungnya.
Tak hanya dengan Pemkot Samarinda, Sri menyebutkan perlu ada dukungan atau kerja sama dari stakeholder yang ada agar penurunan angka stunting dapat dilakukan.
“Harus ditangani oleh seluruh stakeholder di kota Samarinda. Baik pemerintah, swasta, Dunia usaha dan masyarakat semuanya ikut berkontribusi,” pungkasnya. (Vic)