Foto: Suasana arus balik lebaran di Terminal Tipe A Samarinda Seberang. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Momentum lebaran, terutama arus balik menjadi sorotan kalangan akademisi. Tidak hanya sekadar tradisi silaturahmi, moda transportasi, dan keamanan selama mudik yang jadi perhatian pemerintah. Persoalan arus balik juga membawa potensi gelombang urbanisasi yang signifikan.
Pengamat Sosial Universitas Mulawarman (Unmul), Muhammad Arifin menjelaskan bahwa, pertumbuhan kota selalu terkait dengan mobilitas penduduk. Ada mobilitas reguler, seperti mahasiswa atau pekerja komuter, dan ada mobilitas permanen.
Menurutnya, mobilitas permanen inilah yang menjadi perhatian utama. Ia menilai fenomena ini dapat menjadi ancaman sekaligus peluang bagi kota-kota besar, termasuk Samarinda.
“Momen Lebaran menjadi pemicu urbanisasi. Banyak pendatang yang datang berbondong-bondong, terutama dari Sulawesi, karena akses transportasi yang semakin mudah,” ujar Arifin.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa, peluang kerja, kualitas pendidikan, gaya hidup, dan infrastuktur menjadi daya tarik Kota Samarinda yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengadu nasib.
Terlebih lagi, Kota Samarinda sebagai penyangga dan jembatan menuju Ibu Kota Negara (IKN), berpotensi mengalami peningkatan jumlah penduduk.
“Ketika pendatang datang tanpa keterampilan, mereka berpotensi menjadi beban kota. Ini dapat memicu masalah perumahan, munculnya permukiman kumuh, kemiskinan, pengangguran, dan kerawanan sosial,” kata Arifin.
Untuk itu, Arifin menekankan pentingnya solusi praktis untuk mengatasi pertambahan penduduk non-terampil. Pasalnya, masalah yang dihadapi Kota Tepian ini sudah teramat banyak dan kompleks.
Meskipun pendatang terampil dapat berkontribusi pada ekonomi kota, masalah ketersediaan lahan permukiman tetap menjadi tantangan pemerintah dalam mengatasi ancaman lonjakan penduduk.
“Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengancam sistem ekologi kota. Ruang terbuka hijau semakin berkurang. Jika lahan resapan air dialihfungsikan menjadi permukiman, banjir akan menjadi masalah serius. Belum lagi masalah sampah yang semakin menumpuk,” jelasnya.
Penyediaan ruang terbuka hijau dan pengendalian pertumbuhan permukiman menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan kota. Oleh karena itu, Arifin menyarankan agar Pemerintah Kota Samarinda memanfaatkan peluanh yang ada untuk menata kota dengan arif dan bijak.
“Ini adalah peluang bagi Samarinda untuk mempersiapkan diri. Belajar dari sejarah Balikpapan, pemerintah kota perlu mengambil langkah tegas. Pendatang baru yang tidak memiliki keterampilan atau tujuan jelas sebaiknya dipulangkan,” pungkasnya.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky