SAMARINDA – Tanggal 1 Juni bukan hanya Hari Lahir Pancasila. Di Kaltim, tanggal itu juga menjadi momen reflektif bagi Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud atau yang karib disapa Harum. Pada 1 Juni 2025, ia genap berusia 45 tahun.
Namun, tahun ini terasa sangat istimewa. Untuk pertama kalinya, ia merayakan ulang tahun sebagai Gubernur Kaltim. Dan bukan di tengah pesta mewah, melainkan dirangkai keberangkatannya ke Tanah Suci, menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Hj. Sarifah Suraidah (Bunda Harum).
“Saya akan panjatkan doa terbaik untuk kemajuan dan kesejahteraan warga Kaltim,” ucapnya sebelum berangkat, dalam unggahan yang kemudian disebar berbagai kanal resmi Pemprov dan akun pribadinya.
Langkah spiritual ini tentu patut diapresiasi. Namun, seperti lazimnya pemimpin publik, setiap gerak langkah Harum juga tak lepas dari ekspektasi dan kritik.
Di media sosial, ucapan “Selamat menjalankan ibadah haji” bersanding dengan komentar penuh harap dan juga sindiran.
“Tolong doakan guru ngaji juga bisa berangkat haji gratis, Pak,” tulis seorang netizen. Yang lain menyelipkan nada getir, “Kami yang di Batuah masih menunggu janji pemulihan longsor, Pak Gub.”
Publik Kaltim memang sedang menanti arah baru dari pemimpin barunya. Dalam masa 100 hari kerja pertama, sejumlah program sudah mulai terlihat.
Program seragam gratis untuk siswa baru di sekolah negeri menjadi langkah konkret yang disambut hangat, khususnya di daerah pinggiran yang selama ini terbebani biaya pendidikan non-formal. Namun, tugas besar yang kini menanti Gubernur Harum tidak bisa ditunda.
Pemulihan wilayah terdampak bencana, seperti longsor di Kukar dan banjir berkepanjangan di Mahakam Ulu, Berau, dan Samarinda, juga harus menjadi prioritas nyata. Bukan sekadar wacana.
Masyarakat yang kehilangan rumah dan akses jalan butuh tindakan cepat dan terukur, bukan hanya janji rehabilitasi jangka panjang.

Di sisi lain, penertiban tambang ilegal yang masih marak di Kukar, Berau, hingga merambah kawasan pendidikan seperti hutan kampus Unmul, menuntut ketegasan tanpa kompromi.
Perusakan 3,2 hektar kawasan hutan pendidikan Unmul di Jalan Tanah Merah, Samarinda, baru-baru ini menjadi bukti bahwa tambang ilegal tak pandang tempat—bahkan di wilayah riset akademik. Gubernur Harum merespons cepat kasus tersebut.
“Saya sudah utus Kepala Dinas ESDM Kaltim untuk sidak langsung ke lokasi. Maka teman-teman dari ESDM langsung bergerak cepat melihat penambangan di hutan Unmul seluas 3,2 hektar,” tegas Rudy dalam sesi silaturahmi dengan awak media, awal April lalu.
Ia menambahkan, “Ini kegiatan koridoran yang sifatnya merusak. Dan ini sangat mengganggu teman-teman Unmul dalam melaksanakan riset dan kegiatan perkuliahan.”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penegakan hukum terhadap oknum dan entitas yang membekingi aktivitas ilegal merupakan ujian keberanian dan integritas bagi seorang pemimpin. Tentu warga ingin melihat sikap nyata, bukan hanya klarifikasi dan wacana koordinasi.
Dalam hal ekonomi rakyat, penguatan UMKM berbasis lokal di wilayah pesisir dan perbatasan seperti Bontang, Penajam Paser Utara, dan Kutai Barat sangat mendesak. Mereka tidak cukup hanya diberikan pelatihan, tetapi perlu jaminan akses pasar, permodalan, dan kemudahan logistik.
Terakhir, percepatan pelayanan publik harus didorong melalui digitalisasi sistem perizinan, bantuan sosial, hingga pengaduan masyarakat.
Di era Ibu Kota Nusantara (IKN) dan transformasi digital, birokrasi lamban dan korup tak bisa lagi ditoleransi. Semua ini adalah medan tempur sesungguhnya bagi Rudy Mas’ud di mana rakyat menanti bukti, bukan lagi janji.
Dari segi infrastruktur dan konektivitas, harapan masyarakat juga mulai bertemu dengan kenyataan. Proyek jalan tol IKN-Balikpapan-Samarinda terus digenjot untuk memperlancar arus logistik.
Di sisi lain, Bandara VVIP IKN yang kini progresnya telah menyentuh lebih dari 60 persen, diharapkan mampu menjadi titik masuk strategis pembangunan Kaltim masa depan.
Konektivitas laut pun mulai disentuh kembali. Pembangunan Pelabuhan Kariangau di Balikpapan dan pengembangan Pelabuhan Maloy di Kutim menjadi strategi membuka gerbang ekspor baru di kawasan timur Indonesia.
Namun semua itu akan hampa jika tidak disertai pemerataan akses internet dan pelayanan dasar—keluhan yang masih sering terdengar dari warga di Long Bagun, Talisayan, hingga Muara Wahau.
Dalam momen ulang tahunnya yang ke-44 tahun lalu, Rudy menyebut dirinya “sudah double gardan, siap tempur, pantang kendur.”
Kini, ucapan itu diuji dalam konteks kepemimpinan. Apakah ia akan hadir sebagai “pimpinan perubahan” seperti tertulis dalam jaket hadiah ultah dari mahasiswa?
Ibadah haji adalah peristiwa spiritual yang mendalam. Tapi pulang dari Mekkah adalah soal implementasi duniawi. Harapan rakyat Kaltim telah dititipkan lewat doa, kritik, dan dukungan.
Kini saatnya Harum membuktikan: bahwa doanya di Tanah Suci akan dibayar lunas lewat kerja nyata di tanah Benua Etam.
Dan seperti kata pepatah Arab, “Doa tanpa usaha adalah angan-angan.” Rakyat menanti, bukan hanya karena Harum berada di Tanah Suci. Tapi karena kini, harapan mereka telah melekat pada satu nama: Gubernur Harum, yang di pundaknya menyatu amanah dan janji Kaltim yang lebih baik. (**)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.
Pemimpin Redaksi Media Kaltim