spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Aliansi Kaltim Bantah Isu Bom Molotov, Tegaskan Aksi Berjalan Damai

Foto: Presma Unmul dan Jendral Lapangan Aksi, M. Ilham Maulana (Memakai almamater Unmul) dan Renaldi (Kemeja Hitam). (Hadi Winata/Radar Samarinda)

 

SAMARINDA – Jelang aksi unjuk rasa besar-besaran di depan Gedung DPRD Kaltim pada Senin (1/9/2025), Polresta Samarinda mengungkapketerlibatan 22 mahasiswa yang disebut tengah menyiapkan bom molotov. Isu ini langsung dibantah tegas oleh Aliansi Masyarakat Kaltim Menggugat yang menjadi penggerak aksi.

Renaldi, Jendral Lapangan Aliansi, menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan cenderung melemahkan gerakan rakyat. Ia menegaskan aksi yang digelar merupakan aksi damai yang murni dilakukan untuk menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan perilaku para pemangku kepentingan.

“Belum dipastikan itu benar. Kami dari aliansi siap mengawal kawan-kawan. Narasi yang dibangun harus bisa dibuktikan oleh kepolisian. Dalam konsolidasi, sama sekali tidak ada niat maupun usaha membuat sesuatu di luar kesepakatan aksi. Bom molotov itu tidak pernah ada,” tegas Renaldi, Senin (1/9/2025).

Renaldi juga menekankan bahwa pihaknya sudah memberi garis tegas kepada seluruh peserta aksi. Jika ditemukan ada oknum yang membawa benda berbahaya, barisan aksi akan langsung ditarik mundur.

Baca Juga:   Bulog Samarinda Pastikan Kebutuhan akan Beras Jelang Ramadhan Terpenuhi

“Kami tegaskan aksi ini adalah aksi damai. Jika ada provokator, kami keluarkan dari barisan,” lanjutnya.

Senada dengan itu, Presiden BEM Unmul, M. Ilham Maulana, menegaskan 100 lembaga yang tergabung dalam aliansi sudah sepakat untuk tidak melakukan anarkisme maupun kekerasan. Menurutnya, aksi 1 September diarahkan untuk menggelar sidang rakyat bersama pimpinan legislatif dan eksekutif.

“Kami tidak punya niat untuk membuat kekacauan. Aksi ini hanya untuk menyampaikan aspirasi. Kalau tidak ada perwakilan dewan, kami akan tetap masuk untuk melakukan sidang rakyat, tapi tetap dengan cara damai,” ucap Ilham.

Meski bantahan tegas sudah disampaikan, di sisi lain Polresta Samarinda tetap mengumumkan hasil operasi gabungan yang dilakukan bersama TNI dan pihak Universitas Mulawarman. Dalam operasi pada Minggu (31/8/2025) malam, aparat mengamankan 22 mahasiswa di sebuah sekretariat kampus FKIP Unmul, Jalan Banggeris, Sungai Kunjang.

Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar, menjelaskan tim menemukan 27 bom molotov siap pakai serta bahan-bahan pembuatannya berupa jeriken berisi Pertalite, kain perca, botol, dan gunting. Dari hasil pemeriksaan, empat mahasiswa ditetapkan sebagai terduga pelaku utama berinisial MZ alias F, MH alias L, MAG alias A, dan KM alias M.

Baca Juga:   Pecahkan Rekor MURI, CBP Summer Fest dan Pekan QRIS Nasional 2024 Cetak 21.364 Transaksi

“Keempatnya diduga memiliki peran dalam meracik, membuat, dan menyimpan bom molotov. Sementara 18 mahasiswa lain masih diperiksa dan akan segera dikembalikan ke pihak Unmul jika terbukti tidak terlibat,” jelas Hendri dalam konferensi pers, Senin (1/9) pagi.

Ia menegaskan penyelidikan akan dipisahkan antara tindak pidana pembuatan bom molotov dengan hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. “Kami pastikan mahasiswa yang tidak terlibat akan dibebaskan. Aspirasi boleh disampaikan, tapi jangan sampai ditunggangi oleh oknum,” ucapnya.

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, turut memberikan apresiasi atas langkah cepat aparat. Ia mengingatkan pentingnya menjaga kondusifitas kota di tengah gelombang aksi. “Kami memberi ruang seluas-luasnya untuk menyampaikan aspirasi, tapi mari sama-sama menjaga agar tidak ada yang menunggangi dengan aksi kekerasan,” kata Andi.

Dengan kondisi ini, aksi 1 September tetap akan digelar, namun publik kini menunggu bagaimana dinamika di lapangan, mengingat adanya dua narasi yang saling bertolak belakang: bantahan tegas dari aliansi dan temuan aparat mengenai bom molotov.

Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky

Baca Juga:   Kadis PUPR Samarinda Diminta Lengser, DPRD sebut Hak Prerogatif Wali Kota

BERITA POPULER