Foto: Perwakilan Panti Asuhan, Ayu. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Dugaan penganiayaan anak berinisial NJ kini bergulir di meja legislatif Kota Samarinda. Dalam kesempatan ini, Perwakilan Yayasan Panti Asuhan, Ayu memberikan klarifikasi dan membantah adanya kekerasan terhadap NJ dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Organisasi Perangkat Daerah terkait.
Pihak pengelola membantah keras tuduhan kekerasan, terutama adanya benjolan di kepala NJ. Ayu mengklaim benjolan tersebut disebabkan oleh prilaku NJ sendiri yang kerap membenturkan kepalanya saat mengalami
tantrum.
“Kalau terkait benjolan itu, sesuai klarifikasi kami ke Dinas Sosial juga, itu akibat NJ membenturkan kepala sendiri. Tidak ada dari kami yang membenturkan,” tegasnya, Rabu (2/7/2025).
Lebih lanjut, Ayu menjelaskan bahwa NJ merupakan anak dengan kondisi khusus. Ia kerap mengalami tantrum, terutama saat melihat anak lain memegang makanan meski dirinya sudah diberikan, dan juga menderita epilepsi yang kerap kambuh.
“Obat epilepsi dari ibunya hanya sempat diberikan empat botol pada bulan-bulan awal saat NJ datang,” ungkapnya.
Terkait dengan kondisi NJ yang dipenuhi kutu dan mengalami koreng, Ayu menyebut hal itu sebagai kondisi umum yang terjadi di lingkungan panti. Bahkan, dirinya mengatakan hal tersebut juga terjadi pada penghuni lainnya.
“Menurut saya itu hal wajar. Karena kalau satu anak kena kutu, biasanya semuanya kena. Bukan hanya NJ, bahkan lansia juga mengalami hal serupa,” jelasnya.
Sebelumnya, Ayu juga menekankan bahwa pihak panti secara rutin memberikan informasi mengenai kondisi NJ kepada ibu kandungnya. Namun, Ayu menyayangkan sikap sang ibu yang dianggap tidak kooperatif sejak awal.
“Kami sudah minta agar anaknya diambil kalau merasa tidak nyaman. Tapi tidak dilakukan. Bahkan kami dibohongi soal alamat. Katanya tinggal di Sungai Kunjang, ternyata cuma di dekat panti, di AWS 4,” bebernya.
Soal dugaan NJ mengalami kencing nanah atau kencing darah, Ayu juga membantah tegas. Dirinya menyatakan bahwa selama tinggal di panti, NJ tidak pernah mengalami kondisi tersebut.
“Kalau pilek saja kami bawa ke dokter, apalagi kencing darah. Tapi kalau itu terjadi setelah dia diambil ibunya, kami tidak tahu. Saat meninggalkan panti, NJ tidak mengalami hal itu,” katanya.
Disamping itu, Ayu berharap proses hukum segera menemukan titik terang. Pasalnya, kasus ini memberi dampak besar terhadap operasional panti yang selama ini berjalan tanpa dukungan anggaran tetap dari pemerintah.
“Kami ini panti swasta. Donatur kami dari masyarakat. Dengan kasus ini, beberapa donatur memilih mundur. Padahal imbasnya bukan cuma ke kami, tapi ke anak-anak lain di panti,” pungkasnya.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky