Foto: Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin saat ditemui awak media. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak hanya dinilai dari kemampuan medis para tenaga kesehatan, tetapi juga dari kenyamanan dan efisiensi sistem pelayanan yang menyertainya. Termasuk di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie, Samarinda.
Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, menegaskan bahwa secara umum, kualitas pelayanan kesehatan di RSUD AWS Samarinda ini sudah tergolong cukup baik. Namun, masukan dari masyarakat masih terus berdatangan, khususnya menyangkut keterbatasan ruang dan jumlah petugas medis.
“Masyarakat tetap menyampaikan beberapa masukan, seperti keterbatasan ruang dan fasilitas. Ke depan, sambil menunggu perataan bangunan atau penataan ruang yang lebih baik, ini akan menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya.
Salah satu contoh klasik adalah ketidakseimbangan antara jumlah pasien dan tenaga kesehatan yang melayani. Jaya mencontohkan, jika dalam satu hari ada 500 pasien tetapi hanya satu petugas yang melayani, maka pelayanan jelas tidak maksimal. Namun, jika jumlah petugas ditambah menjadi lima, maka beban kerja terbagi dan pelayanan menjadi lebih cepat dan efisien.
“Ini hanya sebagai contoh, ya. Kalau hanya ditangani oleh satu orang petugas, itu jelas tidak cukup. Tapi kalau dibagi rata ke lima petugas, maka masing-masing menangani 100 orang. Ini sudah lebih memungkinkan dan pelayanan bisa lebih efektif,” katanya.
Masalah lain yang kerap dikeluhkan adalah minimnya jumlah loket pendaftaran dibandingkan jumlah dokter yang bertugas. Hal ini akan berdampak lantaran akan memicu antrean panjang hanya untuk masuk ke satu pintu layanan.
“Padahal idealnya, jika ada lima dokter, harusnya juga tersedia lima loket,” jelasnya.
Untuk menjawab tantangan ini, ia menyarankan agar rumah sakit terbesar di Kaltim ini ke depan mulai mengadopsi konsep pelayanan publik seperti di bandara—dengan ruang tunggu yang luas, alur pelayanan yang jelas, serta sistem yang terintegrasi.
“Tata letaknya pun harus dibuat seperti ruang check-in: luas dan efisien,” ucapnya.
Namun, ia mengakui bahwa untuk saat ini belum semua rumah sakit di Kaltim mampu menerapkan sistem tersebut karena keterbatasan infrastruktur. Oleh sebab itu, pembangunan rumah sakit baru dan perbaikan fasilitas menjadi langkah strategis yang akan diambil.
Peningkatan jumlah pasien pasca-libur panjang seperti Lebaran juga menjadi perhatian tersendiri. Jaya menyebut, banyak pasien yang menunda pengobatan selama masa libur, sehingga setelah liburan usai, terjadi lonjakan jumlah pasien yang sebagian besar merupakan pasien kontrol.
“Padahal saat libur, pelayanan sebenarnya tetap berjalan. Hanya saja, masyarakat mungkin kurang tahu atau enggan berobat saat libur,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal ini, Dinkes berencana memastikan agar puskesmas-puskesmas tertentu tetap buka meskipun hari libur, agar masyarakat tetap bisa mengakses layanan dasar dan mendapatkan rujukan jika diperlukan.
Pasalnya, jika puskesmas tutup saat libur, masyarakat yang membutuhkan rujukan tidak dapat melanjutkan pengobatan ke rumah sakit, walaupun rumah sakitnya buka. “Jadi sistem layanan harus terhubung dengan baik dari puskesmas ke rumah sakit,” imbuhnya.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky