SAMARINDA – Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kalimantan Timur (Kaltim) menginisiasi pembentukan toko penyeimbang sebagai langkah antisipatif untuk menstabilkan harga beras di provinsi tersebut, yang saat ini mengalami kenaikan.
Kepala Disperindagkop Kaltim Heni Purwaningsih di Samarinda, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan pihaknya, stok beras di distributor dan pasar masih mencukupi kebutuhan masyarakat. Saat ini produksi beras dalam negeri belum masuk panen raya dan bahkan sebelumnya terdampak oleh fenomena El Nino yang menyebabkan penurunan hasil panen.
“Upaya yang kami lakukan adalah melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota se-Kaltim untuk melakukan operasi pasar beras bekerja sama dengan Bulog, selain itu kami juga menginisiasi pembentukan toko penyeimbang yang akan diresmikan sekitar 29 Februari ini,” kata Heni.
Toko penyeimbang, lanjut Heni, merupakan bagian dari konsep pusat distribusi yang ditargetkan akan terbentuk pada 2025 dan dioperasionalkan pada 2026. Pusat distribusi ini bertujuan untuk mengelola pasokan kebutuhan pokok masyarakat Kaltim, yang sebagian besar masih harus disuplai dari luar provinsi, mengingat Kaltim bukan daerah produsen.
“Dengan adanya toko penyeimbang, kami berharap dapat menyediakan beberapa komoditas barang pokok, di antaranya beras, dengan harga sesuai acuan, sehingga dapat mengendalikan inflasi dan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendapatkan harga barang pokok dengan harga yang bersaing,” kata Hni.
Heni menambahkan, toko penyeimbang pertama akan dibangun di Pasar Segiri, Samarinda, sebagai ibu kota provinsi, dan nantinya akan dikembangkan di daerah-daerah lainnya. Ia berharap, dengan adanya toko penyeimbang ini, masyarakat Kaltim tidak perlu khawatir dengan ketersediaan dan harga beras di pasaran.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Kaltim Ali Wardana meneruskan, pusat distribusi bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh konsumen dan produsen lokal.
“Kita ini didatangkan bahan pokok dari luar, jadi pengaruh dari luar itu sangat besar. Misalnya di daerah penghasil saja, jika mereka mendapatkan kendala di cuaca, otomatis produksi mereka berkurang. Kemudian, gelombang tinggi juga berpengaruh terhadap pengiriman barang ke kita,” ujarnya.
Menurut dia, pusat distribusi ini akan berperan sebagai toko penyeimbang yang dapat mengintervensi harga bahan pokok ketika terjadi kenaikan atau penurunan yang signifikan.
“Ketika harga naik, pemerintah akan melakukan subsidi agar masyarakat bisa membeli dengan harga yang terjangkau. Ketika harga turun, pemerintah akan membeli dari petani dengan harga yang layak, sehingga mereka tidak dirugikan oleh tengkulak,” katanya.
Ali Wardana menambahkan, pusat distribusi ini juga akan membantu produsen lokal untuk menyalurkan hasil panennya ke pasar, tanpa harus melalui perantara. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan pokok.
Terpantau harga beras di Pasar Segiri dan pasar lainnya di Samarinda meroket naik. Dari yang bulan sebelumnya seharga Rp360 ribu per karung kapasitas 25 kilogram, kini naik signifikan pada kisaran Rp380 ribu hingga Rp 410 ribu per 25 kilogram tergantung kualitas. (Ant/MK)
Oleh : Ahmad Rifandi
Editor : Ahmad Buchori