spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Unmul Lepas Ribuan Lulusan: IPK Tinggi, Toga Gagah, Tantangan Dunia Kerja Menanti

GOR 27 September kembali menjadi saksi. Sebanyak 1.158 mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul) resmi diwisuda dalam Gelombang II tahun 2025, Sabtu, 21 Juni 2025. Dari jenjang diploma hingga doktor. Dari farmasi hingga kehutanan. Acara berlangsung khidmat, dihadiri keluarga, civitas akademika, dan sejumlah tamu undangan.

Saya memang tidak hadir langsung di lokasi wisuda. Namun, suasana dan momen penting itu bisa saya ikuti lewat unggahan Sarkowi V Zahri, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman sekaligus anggota DPRD Kaltim.

Politikus yang belakangan cukup aktif menyuarakan isu-isu publik melalui akun TikTok-nya—dikenal juga sebagai Bang Owi. Ia membagikan dokumentasi prosesi penyerahan buku data alumni dari Rektor Prof. Abdunnur kepada IKA Fahutan Unmul. Tradisi rutin setiap kali Unmul melepas lulusan. Data alumni menjadi bahan penting untuk pembinaan jaringan dan kontribusi ke depan.

Sebagai alumni Fakultas Kehutanan Unmul, angkatan 1997 dan lulus tahun 2002, saya merasakan betapa bangganya menyaksikan transformasi kampus ini dari waktu ke waktu. Tapi di balik kebanggaan itu, ada satu pertanyaan yang terus menggema setiap kali wisuda digelar: lalu apa?

Baca Juga:   Big Mall Sudah Dibuka, Tapi Apa Benar Sudah Aman?

Di antara ribuan itu, berikut daftar lulusan terbaik dari masing-masing program:

  • Doktor: Chelda Yuliana (Ilmu Manajemen Pendidikan, FKIP) – IPK 4.00, masa studi 2 tahun 8 bulan, predikat cumlaude
  • Magister (S2): Nur Khayati (Manajemen Pendidikan, FKIP) – IPK 4.00, masa studi 1 tahun 8 bulan, cumlaude
  • Profesi: ST Nuranisa (Apoteker, Farmasi) – IPK 4.00, masa studi 1 tahun 6 bulan, cumlaude
  • Sarjana (S1): Cecilia Sumber Jaya (Kesehatan Masyarakat, FKM) – IPK 3.96, masa studi 3 tahun 9 bulan, cumlaude
  • Diploma (D3): Ardiansyah (Farmasi, Fakultas Farmasi) – IPK 3.66, masa studi 3 tahun, predikat sangat memuaskan

Capaian ini patut diapresiasi. Tapi setelah seremoni, setelah foto dan ucapan selamat, pertanyaannya selalu sama: apa selanjutnya?

Setiap tahun, kampus-kampus di Indonesia meluluskan ratusan ribu sarjana. Di Unmul saja, tahun ini ada 902 lulusan S1. Itu belum termasuk gelombang lainnya, dan belum hitung kampus di luar Samarinda. Sementara daya tampung dunia kerja, tak banyak berubah.

Kita menghadapi realitas pahit: jumlah lulusan bertambah, tapi lapangan kerja tidak.

Baca Juga:   Banjir Samarinda dan Tanda Tanya di Periode Kedua Andi Harun

Ini bukan soal nilai. Bukan pula soal durasi kuliah. Ini tentang kesenjangan antara dunia akademik dan dunia kerja. Menurut data BPS, tingkat pengangguran dari lulusan perguruan tinggi masih tinggi, terutama di daerah yang belum tumbuh sektor industrinya.

Maka, sudah waktunya bertanya lebih dalam: Apakah cukup hanya jadi lulusan terbaik? Apakah sekadar IPK dan toga cukup membuka jalan hidup? Jawabannya: tidak.

Hari ini, yang dibutuhkan bukan hanya lulusan, tapi pekerja yang adaptif, siap pakai, dan relevan. Dunia kerja tak peduli siapa juara wisuda. Mereka peduli siapa yang bisa menyelesaikan masalah.

Alumni, seperti kata Bang Owi, memang pilar penting dalam kemajuan perguruan tinggi. Tapi jangan hanya jadi nama di buku. Jadilah mentor, relasi, jejaring kerja. Alumni bukan hanya untuk reuni, tapi untuk membuka jalan bagi adik-adik tingkatnya.

Untuk kampus, saatnya serius membangun koneksi industri. Jangan puas dengan akreditasi. Ukur keberhasilan dari berapa banyak lulusan yang langsung bekerja, membuka usaha, atau berkontribusi nyata di masyarakat.

Baca Juga:   Semangat Tak Berhenti di Garis Finis: Jejak 5 Tahun Media Kaltim di Jantung Ibu Kota Nusantara

Untuk lulusan, jangan tunggu dunia membuka peluang. Ciptakan peluang itu. Jangan hanya berbangga dengan ijazah, tapi buktikan kemampuanmu di luar kampus.

Selamat kepada para wisudawan. Tapi ingat: selamat itu bukan jaminan selamat. Dunia kerja tidak menanyakan gelar, tapi hasil. Tidak menilai IPK, tapi integritas dan keberanian bertindak.

Kita boleh bangga jadi alumni Unmul. Tapi yang lebih penting: apa bukti kita setelah keluar dari kampus? (*)

Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.
Alumni Fakultas Kehutanan Unmul
Pemimpin Redaksi Media Kaltim

BERITA POPULER