SAMARINDA – Pada 15 November dini hari lalu, di Dusun Langon, Desa Muara Kate, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, terjadi penghilangan nyawa terhadap Rusel (60) dan Anson (55) yang berakhir kritis.
Satu bulan tanpa kejelasan dan pernyataan resmi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, membuat Koalisi Masyarakat Sipil kembali menggelar aksi. Di depan Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, Jalan Gadjah Mada, Samarinda, mereka membentangkan spanduk tuntutan atas keadilan korban.
“Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur mengecam dan mengutuk keras tindakan brutal dan tidak manusiawi yang telah menyebabkan pembunuhan terhadap masyarakat Desa Muara Kate, yang hanya memperjuangkan lingkungannya terhadap ekspansi truck batu bara,” ujar Azis, selaku Narahubung aksi.
Spanduk bertuliskan, “Usut Tuntas Kasus Pembunuhan di Muara Kate Karena Tambang,” digantungkan pada pagar masuk kantor. Mereka turut kecewa, dengan waktu yang cukup panjang, ternyata pelaku juga tak bisa ditemukan.
“Sampai hari ini, meski sudah lebih dari 30 hari, belum ada tersangka yang ditetapkan,” lanjutnya.
Perlu diketahui, pada November lalu setidaknya ada dua nyawa yang gugur akibat kasus tambang di Muara Kate. Pertama adalah ketua adat Rusel (60) dan salah seorang pendeta perempuan yang jadi korban kecelakaan dari truk tambang.
“Kekecewaan jelas ada. Surat dan laporan sudah kami kirim ke berbagai pihak, bahkan kami terus menyuarakan kasus ini melalui media sosial. Jika pemerintah masih berdalih tidak tahu, pertanyaannya adalah, apa yang mereka kerjakan?” lanjutnya lagi.
Dari aksi yang digelar, Koalisi Masyarakat Sipil menuntut :
- Segera melakukan penegakan sesuai Perda Kaltim No. 10 tahun 2012 terhadap PT. Mantimin Coal Mining yang melanggar larangan dan kewajiban dengan melintasi jalan umum untuk pengangkutan batu bara;
- Oleh karena terjadi peristiwa hukum berupa penganiayaan yang mengakibatkan terbunuhnya Rusel karena penutupan jalan umum untuk perlintasan batu bara yang seharusnya tugas pemerintah daerah, Gubernur Kalimantan Timur bertanggung jawab secara moril untuk mendesak Kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut dengan selalu memberikan laporan perkembangan kasus kepada Masyarakat Kalimantan Timur.
“Kami menduganya ada keterkaitan, karena perusahaannya sama. Hanya saja, lokasinya yang berbeda. Tapi pola-pola yang dilakukan itu semua sama,” jelas Putu, Koordinator aksi.
Pewarta : K. Irul Umam
Editor : Nicha R