spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rudy Pertanyakan Kedaulatan Kaltim, Isran Tanggapi dengan Koreksi Data

SAMARINDA – Final Debat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Timur berlangsung sengit pada Jumat malam (22/11/2024) di Jakarta. Pasangan calon (Paslon) nomor urut 02, Rudy Mas’ud dan Seno Aji, memulai sesi tanya jawab dengan mempertanyakan visi “Kaltim Berdaulat” yang diusung oleh Isran Noor dan Hadi Mulyadi.

“Apa dan bagaimana pemahaman bapak tentang Kaltim Berdaulat? Karena di banyak sektor justru pencapaian kita sangat memprihatinkan. Misalnya dari ketahanan pangan yang terus menurun,” tanya Rudy Mas’ud.

Tidak berhenti di situ, Rudy juga mengangkat isu tingginya tingkat pengangguran terbuka di Kaltim, yang menurutnya merupakan yang tertinggi di Kalimantan. Ia juga menyinggung persoalan kemiskinan hingga stunting yang menjadi tantangan serius.

Sebelum menjawab pertanyaan, Isran Noor terlebih dahulu mengoreksi data yang sebelumnya disampaikan oleh panelis terkait belanja pegawai. “Sebelum saya menjawab, saya sekali lagi minta tolong, data tadi (soal belanja transfer pegawai) salah. Belanja pegawai itu hanya 15,9 persen, bukan 49 persen,” tegas Isran.

Menanggapi pertanyaan Rudy soal ketahanan pangan, Isran menjelaskan perbedaan mendasar antara ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Menurutnya, ketahanan pangan berhubungan dengan manajemen pangan, di mana bahan pangan harus tersedia dan terjangkau oleh masyarakat.

Baca Juga:   Sial Banar! Jambret Pemula Baru Sekali Beraksi, Eh Ditangkap Polisi

“Mau darimananya, itu adalah manajemen yang dibuat oleh pemerintah dan mengendalikan harga. Untuk tidak terjadi inflasi,” papar Isran.

Ia menambahkan bahwa Kaltim dalam lima tahun terakhir telah mencatatkan prestasi sebagai provinsi dengan track record terbaik dalam menjaga inflasi daerah, terutama terkait kasus pangan. Penghargaan dari pemerintah pusat pun menjadi bukti keberhasilan tersebut.

Rudy kemudian merespons dengan menyatakan bahwa Kaltim harus melakukan transformasi dari sektor tambang ke pertanian. Menurutnya, sekitar 50 persen kebutuhan beras Kaltim diimpor dari Sulawesi dan Jawa, yang menunjukkan rendahnya kedaulatan pangan lokal.

“Jadi kita tidak harus berpikir untuk menyediakan padi di lokal. Singapura, misalnya, tidak memiliki sawah tetapi bisa membeli. Makanya kita bekerja sama dengan Sulawesi dan Jawa,” tambah Rudy menutup responsnya.

Pewarta: K. Irul Umam
Editor: Agus S

BERITA POPULER