SAMARINDA— “Sydneynya Samarinda,” begitu masyarakat menjuluki Teras Samarinda yang baru saja dibuka pada Jumat (6/9/2024). Bukan tanpa alasan julukan itu diberikan, dari kejauhan ampiteater di jantung teras sekilas mirip dengan Sydney Opera House di Australia.
Tentu saja mirip bukan berarti sama, Sydney Opera House merupakan gedung pertunjukkan berbentuk cangkang terdiri dari tiga kubah yang saling tumpang-tindih. Sedangkan ampiteater Teras Samarinda berupa gelanggang terbuka dengan satu cangkang saja tanpa ada cangkang lain.
Sebenarnya penantian pembukaan ikon baru Kota Samarinda itu sudah cukup lama. Dimulai sejak Januari tahun lalu, tepatnya tahun 2023. Awalnya direncanakan akan rampung di Desember 2023. Namun nyatanya pengerjaan sempat molor berkali-kali hingga baru bisa rampung di bulan September 2024.
Ketidaksabaran masyarakat Samarinda sempat memanas, kemoloran demi kemoloran terus terjadi. Padahal diperkirakan Rp 40 miliar telah disodorkan sebagai mahar pembangunan. Sayangnya, Pemerintah Kota berdalih bahwa kemoloran tersebut akibat material.
“Material itu yang menyebabkan keterlambatan, penambahan waktu memang karena aturan memperbolehkan,” terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desy Damayanti,, Kamis (14/3/2024).
Namun penantian demi penantian usai sudah. Masyarakat Samarinda kini dapat menikmati Teras Samarinda dengan leluasa. Bahkan Pemerintah Kota Samarinda menjadwalkan peresmiannya pada Senin (9/9/2024) jika memungkinkan.
Ratusan warga telah memadati Teras Samarinda sejak awal pembukaan. Beberapa pendapat pun diutarakan, salah satunya dari Devi yang mengatakan bahwa tepian kota kini nampak indah.
“Sekarang sudah lebih bagus dari yang kemarin, tidak menyangka kalau Teras Samarinda bisa sebagus ini,” ujarnya ke Media Kaltim pada Sabtu (7/9/2024).
BUKAN SYDNEY, INI SAMARINDA!
Berangkat dari rasa penasaran, kami juga mulai menjajal pedestrian di kota tepian itu. Meski dijuluki sebagai “Sydney,” kesan pertama perihal julukan itu seketika luntur sesampainya disana. Ya, karena pemandangan Sungai Mahakam terlihat jelas, sedangkan Sydney tidak menyajikan sungai melainkan perairan di Pelabuhan Sydney.
Sebagai kota di tepian aliran sungai, Samarinda memberikan pesonanya sendiri. Sungai Mahakam terbentang selebar 300 meter di depan mata. Angin segar menyambut kehadiran, serta suasana kesibukan kota terasa khas. Hampir tidak banyak kota di Indonesia yang memiliki ciri geografis mirip Samarinda.
Untuk itu, julukan “Sydney” seakan berlebihan. Ini bukan Sydney, ini Samarinda dengan pesonanya sendiri. Rasanya di Sydney siapapun tidak akan melihat samar Jembatan Mahakam, hanya di Samarindalah pemandangan itu nampak.
Beberapa pepohonan tertanam rapi sepanjang pedestrian Kota Samarinda. Beberapa warga terlihat memanfaatkannya sebagai spot foto bersama teman, keluarga, ataupun pasangan. Kalau bicara spot foto, Teras Samarinda menyajikan spot-spot menarik. Selain pohon, adapula bangku di pinggir pedestrian, kemudian pagar yang membatasi sungai, hingga ampiteater. Apalagi bila senja terbenam di ufuk barat, pemandangan sungai kian cantik, menambah estetika foto warga.
Jika ada warga befoto ria, beberapa warga lain memanfaatkan luas pedestrian untuk berolahraga. Ada yang joging, bersepeda, juga yang sekedar berjalan kaki. Ruang yang diberikan pedestrian sangatlah lega, meski banyak warga beraktivitas secara berbeda, tetap saja setiap warga bisa menikmati tanpa terasa terganggu.
Menyusuri pedestrian Kota Samarinda yang hampir 500 meter jauhnya, memang cukup melelahkan. Akan tetapi setara dengan pemandangan yang disajikan. Sungai Mahakam serta ramainya kapal-kapal, luasnya pedestrian, megahnya ampiteater, memberikan kesan tersendiri akan cara menikmati keindahan Kota Samarinda.
Soal fasilitas, warga tak perlu khawatir, Pemerintah Kota telah menyiapkan area parkir luas di Jalan RE Martadinata. Tidak berhenti disitu, ada pula toilet untuk pengunjung sangat bersih, beberapa tempat sampah juga disebar di area pedestrian. Bangku-bangku untuk santai menikmati kesibukan kota, halte, dan yang terpenting pos keamanan.
RUTE MENUJU TERAS SAMARINDA
Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan letak Teras Samarinda, sebab tempatnya berada tepat di pinggir aliran Sungai Mahakam juga tepat di tengah kota. Hanya saja soal arah perjalanan, apalagi soal area parkir, dirasa perlu untuk dijabarkan.
Bagi mereka yang melintas dari arah Samarinda Seberang atau Loa Buah dan sekitarnya, bisa tetap terus berjalan dari arah Jembatan Mahakam menuju Masjid Baitul Muttaqien, Islamic Center, Jalan Slamet Riyadi, Samarinda.
Kemudian melanjutkan perjalanan dengan belok kanan setelah lampu merah pertigaan antara Jalan Antasari menuju Jalan RE Martadinata. Bila telah sampai di Jalan RE Martadinata terus saja mengikuti jalan sampai lampu merah, pertigaan antara Jalan Pasundan dengan Jalan Gadjah Mada.
Warga dihimbau tidak berputar balik di lampu merah pertigaan Jalan Pasundan dan Jalan Gadjah Mada. Warga perlu tetap berjalan lurus hingga rambu putar balik di Jalan Gadjah Mada. Kemudian dari putar balik itu, warga bisa berjalan terus mengarah parkiran yang terletak di Ex POM Bensin Teluk Lerong, Jalan RE Martadinata.
Sedangkan untuk warga dari arah Jalan Yos Sudarso atau pelabuhan, bisa terus saja hingga sampai di area parkiran. Sedang warga yang berangkat melalui Jalan Pasundan kiranya setelah belok kiri ke Jalan Gadjah Mada, bisa berputar balik menuju area parkir.
Pemerintah Kota memang memfasilitasi parkir dengan pembayaran non-tunai, tarif kendaraan bermotor sebesar Rp.5.000, untuk mobil Rp.7.000. Dari area parkir, warga perlu berjalan kaki sekitar 300 meter menuju Teras Samarinda. Itu karena Pemerintah Kota Samarinda ingin membiasakan warga untuk berjalan kaki, sekaligus juga karena konsepnya adalah pedestrian.
PEDESTRIAN BELUM SEMPURNA
Berangkat dari area parkir, trotoar menuju Teras Samarinda tedapat lubang-lubang yang belum juga ditutup. Bagi pengunjung harap memerhatikan langkahnya agar tidak jatuh ke dalam lubang itu.
Selain itu, trotoar dari area parkir sangatlah sempit, hanya bisa dilalui oleh tiga orang sejajar. Dengan padatnya pengunjung, arus lalu lintas pejalan kaki berdempetan juga perlu mengalah memberikan jalan orang lain. Sehingga terkadang cukup menghambat para pengunjung menuju area utama Teras Samarinda.
Di area utamanya-pun masih nampak genangan-genangan cukup besar seusai hujan. Drainese di ampiteater belum cukup maksimal. Tempat-tempat sampah terlihat belum disebar, sehingga selain genangan, sampah-sampah berserakan di area ampiteater.
Tidak selesai di situ, pagar-pagar pembatas antara jalan raya dengan Teras Samarinda nampak tidak terpasang dengan rapi. Bahkan ada pagar yang mengganggu pejalan kaki di melalui arah timur.
Setelah hampir setahun menunggu pembukaan Teras Samarinda, pemoloran kinerja tidak dibarengi dengan kesiapannya. Cukup disayangkan disaat waktu yang begitu panjang malah menyisakan ketidaksigapan.
Apapun itu, Pemerintah Kota mengklaim bahwa pengerjaan belum usai seratus persen. Akan selalu ada pembenahan, bahkan rencananya tepian Mahakam akan direvitalisasi hingga 4 tahapan yang berakhir hingga Pelabuhan Kota Samarinda nantinya.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Nicha R