SAMARINDA – Pemindahan SMAN 10 Samarinda ke lokasi baru di Samarinda Seberang memunculkan berbagai keluhan dari orang tua siswa, khususnya terkait fasilitas asrama dan pelayanan pendidikan bagi siswa kelas XI dan XII. Para orang tua menilai proses pemindahan terkesan terburu-buru dan belum siap secara sarana maupun manajemen siswa berasrama.
Dari penelusuran Media Kaltim, sejumlah orang tua menyampaikan bahwa anak-anak mereka yang tinggal di asrama sempat diinapkan di Gedung Education Center di Jalan PM Noor. Bahkan, sebagian siswa diinformasikan akan dipindahkan lagi ke Balai Diklat (Bandiklat), padahal ranjang-ranjang asrama sudah lebih dulu dikirim ke lokasi baru di Samarinda Seberang.
“Anak saya kemarin berkunjung ke asrama, katanya masih kotor sekali. Kemudian infonya anak asrama menginap di PM Noor,” kata salah satu orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya.
Situasi kian membingungkan karena saat ini hanya siswa kelas X yang telah mulai belajar di lokasi baru. Sementara siswa kelas XI dan XII masih menempati Gedung Education Center di PM Noor tanpa kejelasan jadwal dan skema pembelajaran. Keluhan pun muncul soal terbatasnya aktivitas belajar, pelayanan tata usaha yang minim, hingga kesan perlakuan yang tidak setara terhadap siswa kelas atas.
“Katanya dititipkan (asrama) di Gedung Education Center, padahal ranjangnya sudah dipindah ke seberang,” ujar orang tua lainnya.
Ironisnya, sejumlah orang tua mengaku enggan menyampaikan keluhan secara terbuka karena khawatir akan mendapatkan somasi. Namun, ketika ditelusuri Media Kaltim, tidak jelas siapa pihak yang disebut-sebut akan melayangkan somasi tersebut.
Menanggapi kondisi ini, Sekretaris Jenderal Dewan Pendidikan Kaltim, Dr. Sudarman, memastikan pihaknya telah membentuk tim khusus untuk meninjau langsung kesiapan sarana dan prasarana, termasuk kondisi asrama dan aliran listrik yang belum sepenuhnya terpenuhi.
“Sambil juga kita mengecek kebenarannya, betulkah rencananya itu dibagi, ada yang di PM Noor dan ada yang di Yayasan Melati. Karena memang kondisinya ada listrik yang belum terpenuhi dan segala macam,” ujar Sudarman saat dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp, Senin (28/7/2025).
Pihak Dewan Pendidikan juga telah bersurat kepada Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim serta manajemen SMAN 10 Samarinda untuk segera melakukan peninjauan lapangan yang dijadwalkan pada Selasa atau Rabu, 29–30 Juli 2025.
Terkait status sekolah, Sudarman menegaskan bahwa persoalan ini tidak akan memengaruhi posisi SMAN 10 sebagai Sekolah Transformasi Garuda. Ia merujuk pada pertemuan sebelumnya dengan Wamendiktisaintek, Stella Christie, bahwa kebijakan pemindahan sudah disetujui secara resmi, namun implementasinya dilakukan secara bertahap sesuai kesiapan fasilitas.
Soal kabar orang tua yang disebut-sebut akan disomasi, Sudarman memilih tidak memberikan komentar lebih lanjut.
“Kalau soal itu saya tidak tahu, tapi nanti salah satu instrumen pengembangan SMAN 10 Samarinda ini akan melibatkan langsung para orang tua siswa. Soal somasi itu baiknya ditanyakan ke orang tua langsung, karena takutnya ini malah menjadi isu yang tidak nyaman,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, H. Baba, yang sempat meninjau lokasi sekolah baru di Samarinda Seberang, menyatakan bahwa secara umum asrama sudah layak digunakan, meskipun masih ada yang perlu dibenahi.
“Kalau menurut saya, asrama itu sudah layak. Tapi memang perlu ada yang disempurnakan. Nanti kita akan melakukan kunjungan lagi jika pihak di sana sudah siap,” ungkap H. Baba usai Rapat Paripurna, Senin (28/7/2025).
Pewarta: K. Irul Umam
Editor: Nicha