spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Meski Dilarang, Penjaja Uang Baru Masih Nekat Beraktivitas di Samarinda

Foto: Potret jasa penukaran uang baru di Jalan Slamet Riyadi, Samarinda. (Hadi Winata/Radar Samarinda)

SAMARINDA – Jasa penukaran uang baru menjadi usaha musiman yang menjamur ketika mendekati Lebaran Idul Fitri. Walaupun telah disediakan penukaran uang di 13 bank yang ada di Samarinda, masyarakat masih meminati jasa ilegal yang dilakukan di pinggiran Jalan Slamet Riyadi.

Berdasarkan Surat Edaran Wali Kota Samarinda Nomor 300/0798/011.04 terkait pelarangan pendirian gerai zakat di trotoar atau daerah milik jalan (DMJ) serta kegiatan penukaran uang di tempat umum, mereka tetap nekat menjalankan usaha tersebut.

Salah satu penjaja uang, Rival (24) mengaku, dirinya telah membuka lapaknya sejak tujuh hari yang lalu. Ia membenarkan bahwa ada potensi keuntungan dari usaha yang dilakoninya.

“100 ribunya 20 persen, jadi kelipatan 20. Kalau uang 100, jadi 120, kalau nukar Rp200 jadi harga Rp240 seterusnya gitu,” jelas Rival, Selasa (25/3/2025).

“Kalau saya kan ini cuman penjaga usahanya orang ya. Saya lihat, untung sih ada untungnya,” tambahnya.

Baca Juga:   Pemkot Samarinda Segera Ganti Rugi Lahan Warga Terdampak Pembangunan Terowongan

Dalam penjelasannya, Rival akan meneruskan usaha ini hingga stok uang pecahan habis ditukar. Ia juga mengungkapkan bahwa, dirinya menyiapkan uang dengan total Rp10 juta.

Namun demikian, stok uang yang siap ditukar tidak menentu kapan habisnya. Ia mengatakan, minat masyarakat di setiap harinya berbeda-beda.

“Misalnya saya bawa Rp10 juta nih, lakunya bisa ludes dalam seminggu atau lebih. Kalau rame itu dalam seminggu bisa habis. Untuk minggu ini sudah habis Rp10 juta,” terangnya.

“Biasanya menjelang sudah mau lebaran itu baru banyak yang tukar. Mulai dari h-7, kalau sebelum itu yang ga rame mas,” sambung Rival.

Meski meraup untuk, Rival juga mengaku khawatir dengan praktik jasa yang ia lakukan. Pasalnya, sewaktu-waktu Satpol PP dapat meringkus dirinya kapan saja.

“Takut juga sih. Karena ini kita juga was-was. Maksudnya, takut tiba-tiba diangkut. Soalnya kami ini sudah beberapa tahun sih di sini dari awal,” sebutnya.

Senada dengan Rival, penjaja uang baru, Rahmat (27) juga khawatir bahwasanya praktik yang ia lakukan dapat meringkus dirinya. Untuk itu ia menyiasati dengan melakukan sedikit kamuflase menggunakan box berisikan uang pecahan baru.

Baca Juga:   Ribuan Mahasiswa Kaltim Geruduk Gedung DPRD, Tuntut Pembatalan RUU Pilkada dan Perampasan Aset

“Kita bawa dalam box lalu dipajang di atas meja seperti ini. Biar orang tahu kita ini jasa penukaran uang kecil,” ungkapnya.

Untuk sediaan pecahan uang baru, Rahmat menyiapkan pecahan mulai dari yang terkecil Rp2 ribu hingga pecahan Rp20 ribu. Uang-uang ini disusun rapi diatas meja persegi dengan nominal tersebut dalam satu bundel.

Setiap menitnya, ada banyak pengendara yang singgah untuk sekadar bertanya harga ataupun melakukan transaksi menukar uang. Harga jasa yang diberikan Rahmat juga tidak berbeda jauh dengan apa yang ditawarkan oleh Rival.

“Berkelipatan 20 persen juga, Rp100 ribu jadi Rp125 ribu. Dan ada biaya tambahan berupaya biaya admin sebesar Rp50 ribu. Jadi ya seharinya ga menentu habis atau tidaknya,” pungkasnya.

Sepanjang Jalan Slamet Riyadi ini, ditemukan setidaknya terdapat delapan ‘inang-inang’ atau sebutan penjaja uang baru di pinggir jalan. Mereka nekat melakukan praktik tersebut lantaran terpaksa akan kebutuhan sehari-hari dan persiapan pulang kampung untuk bertemu dengan sanak saudara.

Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky

Baca Juga:   Politani Samarinda Wisuda 410 Mahasiswa

BERITA POPULER