Foto: Ketua Komisi I DPRD Kota Samarinda, Samri Saputra (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Berapa saat yang lalu, sosial media warga Kota Samarinda digegerkan dengan kabar burung yang bernarasikan akan terjadi kekacauan di kawasan tertentu, akibat perselisihan antargeng yang berkaitan dengan tragedi penembakan di salah satu tempat hiburan malam di Samarinda. Namun, setelah ditelusuri kabar tersebut merupakan berita bohong atau hoaks.
Dari kejadian ini, kondisi kawasan yang disebutkan sempat sedikit mengalami keheningan imbas dari ketakutan masyarakat akan kabar hoaks tersebut. Untuk itu DPRD Kota Samarinda mengingatkan masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan sosial media agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat ditemui diruangannya di Kantor DPRD Kota Samarinda, Ketua Komisi I DPRD Kota Samarinda, Samri Saputra menegaskan pentingnya ketegasan dari berbagai pihak dalam menangani penyebaran hoaks yang dapat memicu keresahan masyarakat.
Menurutnya, meski sudah ada payung hukum yang mengatur dan memberikan sanksi kepada pelaku penyebar informasi palsu, tantangan terbesar saat ini adalah pola penyebaran di media sosial, terutama di grup-grup tertutup seperti WhatsApp.
“Kalau hoaks disebarkan lewat media terbuka seperti Facebook atau Instagram, lebih mudah dilacak dan ditindak. Tapi kalau dari grup WhatsApp, itu jauh lebih sulit karena pesan bisa diteruskan berkali-kali tanpa diketahui siapa sumber pertamanya,” jelas Sahmri, Selasa (27/5/2025).
Politikus Partai PKS ini mencontohkan jika seorang warga ingin memberikan pesan ke anggota keluarga untuk berhati-hati, namun pesan tersebut tanpa sengaja menjadi viral setelah diteruskan dari satu orang ke orang lainnya.
“Niat awalnya hanya untuk mengingatkan keluarga, tapi akhirnya tersebar luas dan menimbulkan kepanikan,” tambahnya.
Disamping itu, Samri juga menyoroti bahwa meskipun suatu informasi terlihat setengah benar, jika tujuannya membuat situasi menjadi tidak kondusif, maka bisa saja masuk ke ranah pidana.
“Tapi tentu semua itu perlu pembuktian. Kenyataannya, banyak hoaks yang sempat membuat masyarakat cemas, padahal informasi tersebut tidak benar,” terangnya.
Tak hanya itu, Samri menambahkan bahwa saat isu hoaks tersebut beredar, kondisi jalanan di Samarinda sempat sepi karena warga memilih diam di rumah. Bahkan, ada warga yang sampai mengungsi.
Namun demikian, dibalik ketidakjelasan informasi tersebut, ia juga melihat sisi positifnya, yakni meningkatnya kewaspadaan masyarakat atas kondisi sekitar.
“Yang kita khawatirkan, bagaimana jika berita hoaks itu ternyata benar? Maka kadang diam di rumah adalah pilihan yang lebih aman,” katanya.
Lebih lanjut, Sahmri menekankan bahwa anak-anak muda saat ini mudah terprovokasi. Hal-hal kecil bisa berujung pada konflik yang dapat ditarik ke isu sensitif seperti kesukuan, yang tentu berbahaya bagi kerukunan masyarakat.
Untuk itu, ia menyarankan agar pelaku penyebar hoaks di media sosial setidaknya diamankan terlebih dahulu untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
“Notifikasi dan bukti digital perlu dikorek untuk mengetahui asal mula penyebaran. Ini penting agar penanganan bisa dilakukan secara adil dan tuntas,” pungkasnya.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky