spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Gen Z Diajak Gali Marhaenisme Lewat Buku Terbaru Emir Moeis

Foto: Izedrik Emir Moeis penulis buku Marhaenisme Visi Sosialisme Indonesia. (Hadi Winata/Radar Samarinda)

 

SAMARINDA – Pemikiran Bung Karno tentang Marhaenisme kembali mengemuka lewat peluncuran buku Marhaenisme Visi Sosialisme Indonesia karya Izedrik Emir Moeis di Cafe Vlory, Selasa (12/8/2025). Disajikan dengan bahasa yang ringan, buku ini diharapkan menjadi bacaan segar bagi generasi Z yang ingin memahami akar ideologi bangsa.

Dalam sesi dialog bersama peminat buku, Ketua Umum Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) ini menjelaskan bahwa Marhaenisme tidak bisa disamakan begitu saja dengan Marxisme. Menurutnya, Soekarno menempatkan persatuan bangsa di atas kepentingan kelas atau golongan.

“Bung Karno selalu memulai dari semangat persatuan. Beliau percaya, tanpa persatuan, perjuangan apa pun akan runtuh. Karena itu saat menjelaskan Pancasila pada 1 Juni 1945, sila pertama yang disebutnya adalah Persatuan Indonesia,” ujarnya, Senin (11/8/2025).

Politikus Senior Partai PDI-Perjuangan ini menegaskan bahwa ideologi marhaenisme berbeda dengan Marxisme lantaran sosok Soekarno menjadikan paham nasionalisme tonggak utama dalam keadaan reel bermasyarakat.

Baca Juga:   Penjual Lato-lato Untung Berlipat

“Marxisme pada masanya menekankan internasionalisme, sedangkan Bung Karno justru menjadikan nasionalisme sebagai panglima. Namun, beliau tidak menolak sepenuhnya teori Marx. Dialektika dan analisis kelas tetap beliau gunakan sebagai alat berpikir.” katanya.

Emir juga menyoroti karakter nasionalisme yang diusung Soekarno yang patut diimplementasikan oleh para pemuda. Menurutnya nilai-nilai yang terkandung didalamnya merupakan bentuk komitmen dan kepedulian Soekarno terhadap kondisi masyarakat kedepan

“Ini bukan nasionalisme yang memandang rendah bangsa lain. Bung Karno mengedepankan gotong royong, kasih sayang, dan tolong-menolong—nilai-nilai yang juga diajarkan Gandhi di India. Jadi jelas berbeda dengan nasionalisme ekspansif Napoleon atau chauvinisme Hitler,” tegasnya.

Acara ini turut dihadiri Wakil Ketua DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis, pengurus PDI Perjuangan, serta jajaran Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) dari berbagai tingkatan di Kaltim. Dalam sambutannya, Ananda menyebut buku ini sebagai ‘pengingat penting’ bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan ideologi yang membentuk Indonesia.

Di akhir diskusi, Emir menegaskan tujuan penulisannya bahwa ia berharap generasi muda dapat mengenal dan memahami makna dari idelogi Marhaenisme sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Baca Juga:   Mulai Bertugas, Seno Aji Bakal Gelar Rapat Program 100 Hari Kerja Bersama Seluruh SKPD

“Marhaenisme adalah cita-cita untuk mengangkat martabat rakyat kecil, mengikis kesenjangan, dan melawan keserakahan kapitalisme. Kalau anak muda paham ini, mereka tidak akan mudah goyah oleh arus ideologi asing,” tutupnya.

Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky

BERITA POPULER