Foto: SMP Negeri 24 Samarinda pascabanjir. (Hadi Winata/Radar Samarinda)
SAMARINDA – Nama SMP Negeri 24 Samarinda terasa akrab dikenal, namun bukan karena persoalan yang membanggakan, tetapi masalah banjir yang selalu menghantui para siswa saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Samarinda.
Terakhir, sekolah ini kembali terendam banjir pada Jumat (5/9/2025) lalu usai hujan deras mengguyur kawasan Bukit Pinang. Air yang masuk ke area sekolah membuat proses belajar mengajar lumpuh, bahkan akses menuju sekolah juga terganggu karena banjir meluas hingga ke jalan raya.
Kepala SMPN 24 Samarinda, Bambang Muliyadi, mengatakan banjir sudah menjadi persoalan klasik yang selalu terjadi setiap tahun. Meski pihak sekolah berusaha mengantisipasi, kondisi geografis dan minimnya saluran drainase membuat air cepat masuk ke halaman hingga ruang kelas.
“Kemarin hujan tidak sampai satu jam, tapi air langsung naik hampir satu meter. Siswa tidak bisa belajar dengan tenang karena akses pun terendam,” ungkapnya, Senin (8/9/2025).
Upaya darurat terus dilakukan pihak sekolah, seperti menutup pintu air atau meninggikan area tertentu agar air tidak cepat masuk. Namun, langkah tersebut hanya bisa menjadi penahan sementara.
Dalam kondisi tertentu, banjir tetap tak terhindarkan. Guru dan siswa pun harus berjibaku membersihkan ruang kelas agar kegiatan belajar bisa dilanjutkan.
Bambang menegaskan bahwa laporan mengenai kondisi ini rutin disampaikan ke pemerintah, mulai dari kelurahan hingga Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
Hasilnya, pemerintah akhirnya memutuskan untuk merelokasi SMPN 24 bersama SD 013 ke lahan milik pemkot di dekat Masjid At-Taufik Jalan Pangeran Suryanata.
“Relokasi ini sudah masuk dalam rencana pembangunan 2026. Kami menaruh harapan besar pada kebijakan ini,” katanya.
Sembari menunggu realisasi relokasi, pihak sekolah berharap ada langkah lanjutan dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur drainase di sekitar kawasan Bukit Pinang. Meski tidak menuntaskan masalah, tetapi perbaikan dapat meminimalisir potensi banjir terhadap intensitas hujan tertentu.
“Harapan kami jelas, pemerintah segera mengambil tindakan nyata. Anak-anak berhak belajar dengan nyaman tanpa dihantui ancaman banjir setiap musim hujan,” demikian Bambang.
Penulis: Hadi Winata
Editor: Andi Desky