spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Anak Jatuh Sakit Setelah Apel Siang Diluar Jam Belajar, SMPN 13 Diprotes Orang Tua,  Asli Nuryadin: Perhatikan Sisi Kesehatan Siswa  

SAMARINDA – Tak memberi info sekaligus tak mendapat izin orang tua dan komite sekolah, kebijakan SMPN 13 Samarinda Utara menggelar apel selepas jam belajar, mendapat protes orang tua siswa.

Menerapkan program sekolah sepanjang hari (full day school), sekolah itu menambahkan program apel siang sekitar pukul 14.30 – 14.45 WITA. Ditengah terik matahari cuaca ekstrim ini, siswa diberi arahan tentang kedisiplinan, sembari menunggu pengecekean kebersihan kelas.

“Program itu bagus tapi waktunya tidak tepat. Apel pengarahan tidak harus siang hari. Lebih baik pagi hari. Anak saya sampai sakit. Sudah rugi kesehatan, rugi juga tidak bisa lanjut belajar,” ucap Adhi Abdhian orang tua siswa yang keberatan saat dikonfirmasi Radar Samarinda – jaringan Media Kaltim group.

Saat menyampaikan keberatan dan penolakannya, Kamis (3//2023), ia menemui Muhammad Nur, bagian kurikulum dan Refika Wisfariah, bagian kesiswaan SMPN 13. “Saya sempat keras dipertemuan itu karena bidang kesiswaan menganggap menjemur anak itu hal biasa. Meski akhirnya, program apel itu akan dievaluasi karena tak bisa langsung diubah. Sedangkan saya, tegas jangan sampai siswa dijemur lagi. Seperti tentara saja. Kasian anak-anak itu. Sudah lelah belajar seharian, kelaparan, eh malah dijemur,” tambahnya.

Baca Juga:   Andi Harun: TPP Guru & Pegawai Pemerintah Non-ASN Berbasis Risiko Segera Naik

Ia menjelaskan anaknya jatuh sakit lantaran harus mengikuti kegiatan apel rutin mulai sekitar jam 14.30 WITA itu. Adhi juga protes karena apel siang ini, tidak masuk dalam pembahasan Komite sekolah sebelumnya. Bahkan tanpa pemberitahuan dan persetujuan orang tua siswa. Apel digelar diluar jam sekolah. Artinya, siswa semakin lama tertahan di sekolah.

Sesuai arahan Disdik, Adhi juga menyampaikan keberatan dan penolakannya ke komite sekolah lewat surat resmi yang kemudian diteruskan ke pihak sekolah lewat bidang kurikulum.

“Kegiatan ini tidak mendidik, menjemur anak di tengah cuaca ekstrim saat ini, apa gunanya? Mana fokus anak-anak menerima arahan ditangah cuaca panas begitu. Kalau mau apel, ya pagi saja disaat anak-anak masih segar fisik & otaknya. Banyak cara efektif kok dalam mendidik disiplin siswa. Ingat, cuaca sedang panas-panasnya, sedang panas ekstrim, masak tega siswa dijemur begitu? Diluar jam belajar aktif dan tanpa izin pula dengan orangtuanya. Saya sangat keberatan,” protes Adhi.

Menurutnya pada surat penolakan itu, tak ada juga kajian kedokteran yang menyatakan menjemur anak di siang hari antara pukul 14.30 hingga 15.00 Wita, akan meningkatkan kecerdasan dan disiplin anak.

Baca Juga:   Kebakaran Lagi, Tiga Rumah di Gang Polewali Samarinda Hangus

“Pihak sekolah tidak mempertimbangkan dampak buruknya bagi anak. Kalau terjadi apa-apa, memang sekolah mau tanggung jawab? Yang saya keberatan, apel itu tak pernah disampaikan ke orang tua siswa dan tanpa persetujuan komite sekolah, juga tak ada dalam jadwal yang di share ke wali siswa,” katanya.

Tak seperti saat menjelaskan dengan orang tua siswa yang protes, Muhammad Nur bagian kurikulum SMPN 13, belum mau menjelaskan detilnya saat dikonfirmasi wartawan Media Kaltim group. Ia meminta wartawan langsung datang ke sekolah untuk penjelasan detil.

“Saya lagi nyetir Pak. Besok saja wawancaranya langsung datangi bagian humas sekolah, pak ya,” pintanya saat dikonfirmasi Senin (7/8/2023) sore.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Samarinda, Asli Nuryadin. (ist)

Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin mengimbau agar setiap sekolah yang menerapkan program sekolah sepanjang hari (full day school) untuk jenjang SMP agar melihat sisi kesehatan.

“Setiap siswa itu tidak semuanya kondisi kesehatannya sama dan tidak semua kuat kalau harus sampai siang hari, jika disuruh harus baris-berbaris di terik matahari,” ujarnya, Senin (7/8/2023).

Baca Juga:   Parkir Sembarang? Dishub Samarinda Bakal Gembosi Ban & Derek Kendaraan

Asli menegaskan agar semua sekolah yang menerapkan sistem full day school memberikan tindakan khusus bagi siswa yang dari sisi kesehatan memang tidak kuat fisiknya. “Ya, yang memang tidak kuat enggak harus ikut baris-berbaris,” katanya.

Menurutnya, sistem full day school ini secara umum ia nilai memberikan manfaat bagi siswa. Namun sekolah tetap harus memperhatikan aspek kesehatan siswa. Utamanya bila menambahkan kegiatan tambahan setelah jam belajar usai.

“Tapi tetap harus memperhatikan aspek-aspek yang lain jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan pada siswa akibat program itu,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan para orang tua atau wali murid, jika ada permasalahan di sekolah maka dapat menyelesaikannya bersama komite sekolah.

“Untuk wali murid yang mungkin anaknya fisiknya tidak kuat harus melapor ke paguyuban dan komite di sekolah. Dan jika tidak selesai nanti saya yang turun bantu menyelesaikan,” pungkasnya. (han)

 

BERITA POPULER