SAMARINDA – Aksi unjuk rasa memanas di depan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Samarinda, Jalan Yos Sudarso, pada Rabu (12/3/2025) siang. Aksi ini dipicu oleh penolakan aliansi masyarakat terhadap tuntutan mahasiswa yang meminta penutupan alur Sungai Mahakam.
Massa yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pekerja pelabuhan, agen pelayaran, dan komunitas sungai, memadati jalanan di depan kantor KSOP. Mereka membawa spanduk dan poster yang berisi penolakan terhadap penutupan alur Mahakam.
Mukhtar, perwakilan aliansi masyarakat, menyatakan bahwa penutupan alur Mahakam akan berdampak buruk pada perekonomian masyarakat yang bergantung pada sungai tersebut. Ia juga mempertanyakan dasar tuntutan mahasiswa, mengingat sudah ada instansi terkait yang bertanggung jawab atas pengelolaan alur Mahakam.
“Intinya kita menghalau aksi mereka untuk menutup alur Mahakam. Khususnya banyak yang dirugikan, khususnya kita yang sektor ekonominya dari kau itu sampai ditutup pada komunikan akan berantakan. Dan mereka menutup dengan alasan apa? Kan sudah ada instansi terkait yang mengurus, baik dari Pelindo, KSOP, DPR, bukan DPR lo ya, PUPR. Jadi kita di sini kalau ditutup ya janganlah, itu teman-teman dari Komura lima orangnya minta ditutup,” ujar Mukhtar.
Ia menambahkan penolakan penutupan alur ini juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk dinas luar, agen pelayaran, BBM, Komura, dan pekerja pelabuhan. Mukhtar juga mengimbau mahasiswa untuk lebih fokus pada pendidikan dan tidak mudah terprovokasi.
“Mahasiswa khususnya di adik kita kan lebih lebih fokus belajar, jangan mau dijadikan bahan untuk menjadi provokator, jangan mau menjadi barang untuk menjadi penghasut. Ini masalah piring nasi, kalau alur Sungai Mahakam kita tutup, jangan kemudian pertumpahan darah, saya yakinkan itu, karena di sini banyak manusia yang hidup dari Sungai Mahakam,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala KSOP Kelas I Samarinda, Mursidi, menjelaskan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di alur Mahakam. Ia juga menegaskan bahwa KSOP tidak diam dan terus mengambil langkah-langkah perbaikan.
“Sebenarnya kami di KSOP Kelas I Samarinda sudah beberapa kali memberikan pernyataan. Dan statement kami di KSOP itu tidak diam, artinya bekerja. Dan mengambil langkah-langkah perbaikan, serta memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa,” ungkapnya
Sementara itu, terakhir kami sudah rapat dengan semua yang berkepentingan dan di sana ada, dari dinas perhubungan kota dan provinsi. Termasuk dari BBJBN dan PUPR, dan BUp yang mengelola pemanduan. Dan kamu mengundang pemilik kapal nabrak jembatan.
Disamping itu, Intinya bahwa kami itu melakukan tender baru, cuma kan tidak dalam waktu yang tergesa-gesa atau cepat, perlu adanya DED, kita perlu mencari konsultan yang memang ahli di bidangnya. Begitu juga kita perlu membersihkan area untuk nantinya, melakukan fender yang baru.

“Artinya, ada proses di sana perlu waktu dan memang tidak bisa cepat dilakukan untuk perbaikan dari fender yang rusak,” tambahnya
Selanjutnya, kegiatan kami juga sudah sampaikan kegiatan tetap berjalan dan kita lakukan pengaman dan juga yang sebelumnya disampaikan sudah ada tiga tug assis yang juga di sisi jembatan.
“Secara teknis itu merupakan bentuk tanggung jawab dan membuat aman dilakukan dan secara tanggung jawab seperti halnya pemilik kapal bertanggung jawab dan juga ada dihadapan notaris, besarannya berapapun. Cuma perlu kajian, berapa jumlah kerugian, biaya pembangunan fender yang baru, itu kan perlu kajian. Ini pemilik kapal menyatakan siap bertanggungbjawab. Saya pikir itu sudah tutup,” jelas Mursidi.
Mursidi juga menjelaskan bahwa penutupan alur Mahakam secara permanen bukanlah solusi yang tepat, karena akan berdampak besar pada perekonomian. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara keselamatan pelayaran dan kepentingan ekonomi masyarakat.
“Aksi unjuk rasa ini sempat diwarnai ketegangan, namun berhasil diredam oleh aparat kepolisian. Massa akhirnya membubarkan diri setelah perwakilan mereka diterima oleh pihak KSOP untuk berdialog,” tutupnya.
Penulis: Dimas
Editor: Nicha R