spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Duh, Angka Stunting di Kutim Tinggi Akibat Pendidikan Rendah

SANGATTA– Selain pemenuhan asupan gizi dan kemiskinan, tingkat pendidikan juga turut memengaruhi peluang anak lahir bertubuh pendek atau stunting. Dan hal ini menjadi salah satu penyebab kasus stunting di Kutai Timur (Kutim).

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim mengungkap, masyarakat dengan pendidikan rendah cenderung kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak. Kesulitan ini yang kemudian berakibat terhadap tumbuh kembang anak hingga menyebabkan terjadinya stunting.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Keluarga Berencana DPPKB Kutim, Mustika saat ditemui di ruangannya, Jumat (26/8/2022). “Menurut pengamatan kami di lapangan, rendahnya pendidikan dapat berdampak pada peningkatan stunting,” ujarnya.

Mustika menyebutkan, belum lama ini, dirinya sempat menemui keluarga di salah satu wilayah Kutim yang dinilai kurang taraf pendidikannya.

Mulai dari pola pikir masyarakat soal pendidikan, hingga pola pengasuhan anak masih minim dikuasai oleh orang tua. “Nah, kalau pola pikir terhadap pendidikan sudah rendah, akhirnya pola asuh anak juga kurang maksimal, bahkan menyebabkan pernikahan dini,” paparnya.

Baca Juga:   Duh, Warga Jalan AM Rifadin Belum Terima Uang Ganti Rugi Lahan

Pasalnya, jika pola asuh orang tua terhadap anak tidak maksimal, maka kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menurun.

Kebanyakan hal ini mengakibatkan tingkat kemiskinan tinggi dan berujung pada stunting. “Kalau sudah pendidikan rendah, pola asuh anak tidak maksimal. Rata-rata disitu juga tingkat kemiskinan tinggi dan memiliki anak dengan jumlah yang banyak. Alhasil mengakibatkan stunting,” ungkap Mustika.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan yang tinggi akan menimbulkan berbagai macam permasalahan sosial. Mulai dari pendidikan rendah, pola asuh anak tidak tepat, hingga mengakibatkan stunting pada anak.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa pendidikan itu penting, minimal dapat mengikuti wajib belajar 9 tahun. “Pendidikan itu penting sekali, selain itu pengawasan terhadap anak juga penting,” tandasnya. (mk/rs1)

BERITA POPULER