spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

27 Tahun Reformasi: Samarinda Suarakan Kekecewaan dan Harapan Baru

SAMARINDA – Peringatan 27 tahun reformasi 1998 digelar dengan penuh semangat perlawanan di Samarinda, Kalimantan Timur, pada Rabu (21/5/2025) sore. Komite Rakyat Melawan menggelar aksi bertajuk “Kami Menggugat Negara” di depan Gerbang Universitas Mulawarman, Jalan M. Yamin. Aksi ini menjadi puncak rangkaian gerakan “Mei Melawan” yang dimulai sejak Hari Buruh 1 Mei lalu.

Dengan latar semangat reformasi, harapan tumbuh bahwa runtuhnya Orde Baru (Orba) akan membawa angin segar dalam proses demokrasi Indonesia.

Kepiluan diutarakan oleh para akademisi, betapa reformasi yang diperjuangkan dulu, kini telah dikorupsi. Bahkan para oligarki dianggap memperparah keadaan yang dulunya diidam-idamkan bergerak maju.

“Tentunya yang ingin kita bawa pada hari ini, bagaimana memori 27 tahun berlalu tidak berhenti dalam tulisan sejarah saja. Kita ingin membawa memori itu kembali ke anak-anak zaman sekarang,” ujar Refinaya, Narahubung panggung rakyat saat diwawancarai oleh Media Kaltim.

Tidak hanya dari Komite Rakyat Melawan dan Akademisi, acara tersebut juga melibatkan para mahasiswa, aktivis perempuan, aktivis lingkungan hingga masyarakat sipil.

Lebih jelas, Refinaya mengungkapkan acara ini juga ingin membuka kesadaran anak-anak muda untuk tidak terpaku pada romansa reformasi saja. Sebab di depan, tantangan baru hadir setelah era Presiden Joko Widodo yang dinilai merusak marwah konstitusi, pun Presiden Prabowo Subianto yang dikhawatirkan membawa kembali Orde Baru.

Baca Juga:   Kebakaran Beruntun Landa Sungai Pinang, Damkar Samarinda Kewalahan

“Karena memang gejala-gejala yang muncul malah gejala orde baru. Dengan cara Soeharto tapi berbeda wajah saja. Kita justru merasa apakah nanti ada reformasi jilid dua atau tidak, namun yang terpenting, perjuangan mahasiswa tidak bisa berhenti dalam aksi-aksi kecil saja,” jelas Refinaya.

27 tahun reformasi, namun sayangnya demokrasi berjalan semakin pincang. Ruang-ruang bicara ditutup dan kebijakan pemerintah pusat seakan tidak berpihak kepada rakyat.

Para mahasiswa yang hadir ingin mengultimatum pemerintah, mereka tidak diam dan akan terus mengutarakan kritik serta perlawanan.

Pewarta: K. Irul Umam
Editor: Nicha R

BERITA POPULER